Jumat, 19 Februari 2016

Yohanes

AKULAH TERANG DUNIA (YOH 8,12-20)
 Telaah Injil Yohanes
Tugas ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah
Studi Al-Quran, Hadis dan Alkitab
Dosen pengampu pak Wahyu Nugroho


Di Susun Oleh:
Ita Fitri Astuti
1520510071


KONSENTRASI STUDI AGAMA DAN RESOLUSI KONFLIK
PRODI AKIDAH FILSAFAT
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015




AKULAH TERANG DUNIA (Yoh 8,12-20)
 Telaah Injil Yohanes

A.   Pendahuluan
Pembahasan pada kesempatan ini penulis awali dengan mengutip karya Michael Keene dalam Alkitab: Sejarah, Proses Pembentukan, dan pengaruhnya. Keene meyebutkan bahwa Injil Yohanes ditulis sekitar tahun 95 M. Sementara menurut J. Wesley Brill Yohanes tidak diketahui dengan pasti kapan Yohanes menulis Injil itu,berdasarkan dugaan Injil ditulis pada tahun 80 dan 90 an, lain halnya keterangan yang diperoleh dari Dead sea Scrolls kemungkinan Injil ditulis antara tahun 65 dan 75. Sejarah gereja menyatakan bahwa Yohanes telah pergi ke Asia Kecil dan menjadi pemimpin dalam pekerjaan Tuhan di sana. Pada masa tuanya ia tinggal di Efesus dan di sana ia menulis Injilnya.[1] 
Meskipun kepastian penulisan Injil masih menimbulkan teka teki namun, Injil Yohanes merupakan kajian yang lebih mendalam tentang hidup Yesus dibandingkan para penulis Injil lain. Walaupun bahasanya sederhana, di bawah permukaan, Injil ini merupakan studi yang menyelidiki misteri  Kristus. Disatu sisi hal ini yang membuat Yohanes mudah dibaca daripada Injil-Injil lainnya. Ia mengeksplisitkan apa yang oleh penginjil lain hanya implisit bahwa Injil bukanlah biografi tentang Yesus melainkan sebuah penafsiran tentang hidup dan ajaran-Nya.  Injil Yohanes lebih unik, karena  gambaran Yesus dalam Yohanes begitu berbeda dengan yang ditemukan dalam Injil Sinoptik. Yohanes secara teologis membuat peryataan yang sangat mendalam bahwa Yesus adalah Firman Allah yang menjadi manusia, dalam Yohanes tidak menjelaskan tentang pengusiran setan maupun penyembuhan penderita kusta sebagaimana dijelaskan pada Injil Markus justru Yohanes memasukan perubahan air menjadi anggur yang disebut dengan tanda-tanda. Selain itu, Yohanes menunjukan bahwa Yesus adalah anak Allah berbeda dengan Injil Sinoptik yang menyebutkan bahwa mukjizat merupakan indikasi dari kedatangan Kerajaan Allah. Yohanes juga menyebutkan bahwa pelayanan Yesus dipusatkan di Yerusalem dan berkisar pada tema perayaan Yahudi tentang cahaya, kehidupan dan kemuliaan. Dalam Yohanes kebersihan Bait Allah ditempatkan sangat awal dalam pelayanan Yesus dan tidak ada catatan tentang perubahan rupa (fransfigurasi) semetara dalam Injil Sinoptik banyak pelayanan Yesus terjadi di Galilea. Pengajaran Yesus dalam Yohanes kurang pendek, kata-kata kurang ringkas dan perumpamaan yang ditemukan dimana-mana dan terdiri dari wacana yang panjang. Injil Yohanes memberikan fondasi bagi banyak pemahaman tentang Yesus selanjutnya.[2] Namun demikian kata-kata yang banyak mengandung perumpamaann dalam Injil Yohanes tidak jarang menimbulkan keanekaragaman penafsiran. Maka dari itu penulis berupaya menelaah penafsiran-penafsiran yang muncul dalam Injil Yohane khususnya pada bagian 8,12-20 tentang Akulah (Yesus) Terang Dunia. Untuk lebih jelasnya akan penulis bahas pada bab selanjutnya..

B.   Pembahasan
1.    Faktor yang Menimbulkan keragaman Penafsiran Yohanes
Secara umum menurut hemat penulis keragaman penafsiran Yohanes timbul akibat kata-kata yang terdapat pada Yohanes banyak mengandung perumpamaan. Tampak dari jenis pendekatan metodologis yang selalu digunakan untuk menafsirkan Yohanes berbeda-beda. Pada dasarnya ada dua pendekatan yang sering digunakan yaitu pendekatan yang berorientasi historis dan pendekatan yang berorientasi pada perwujudan Yohanes yang dimiliki saat ini. Dari kedua pendekatan tersebutlah yang menimbulkan perbedaan penafsiran. Selain itu, tujuan dari penulisan Yohanes juga sering menimbulkan perbedaan, ada sebagaian penulis yang bertujuan untuk menjaga tradisi historis dan gagasan kristologis tersebut. Ada pula yang menafsirkan tujuan dari Yohanes berdasarkan Yoh 20, 31. Yang dinyatakan “… semua yang tercantum disini sudah dicatat supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, anak Allah dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya “. [3]
Namun, dewasa ini banyak penulis yang memilih pandangannya bahwa Injil ditulis dan ditunjukan untuk orang-orang Kristen yang berasal dari kalangan Yahudi untuk meneguhkan iman mereka di tengah-tengah krisis yang mereka hadapi. Tujuan Injil bukanlah mempertobatkan orang-orang Yahudi ke dalam iman akan Yesus melainkan memperkuat iman orang-orang Kristen dalam situasi krisis. Menurut R. E. Brown bahwa Injil ditulis untuk orang-orang Kristen Yahudi yang masih tetap tinggal di dalam sinagoga diaspora. Ada tanda-tanda di dalam Injil bahwa masih bimbang antara iman akan Yesus dan ketidakmauan untuk meninggalkan Yudaisme. Penegasan bahwa Yesus adalah Mesias bertujuan untuk meneguhkan iman mereka. Situasi krisis tersebut menjelaskan kesan bahwa Injil Yohanes bersifat anti-Yahudi. Yohanes lebih kuat menampilkan konflik antara jemaat Kristen dan jemaat Yahudi. Polemik melawan orang-orang Yahudi juga tampak dalam penggunaan sebutan orang-orang Yahudi (Ioudaios). Kata Ioudaios muncul 60 kali dalam Injil
Dalam penginjilan tidak menampilkan serangan terhadap orang-orang Yahudi karena kemunafikan atau juga karena perilaku mereka seperti halnya dalam Injil Sinoptik. Bagi Yohanes hukum Taurat sudah diganti oleh kasih yang telah ditunjukan Allah melalui Yesus dan membangun Perjanjian Baru. Bahkan studi kritis terhadap Injil Yohanes telah menampakkan beberapa bagian dalam Injil yang menunjukan ketidaksinambungan antarbagiannya. Demikian pula terhadap identifikasi penulis Yohanes menjadi perdebatan. Ada beberapa asumsi kalau penulis Yohanes tersembunyi sebagaimana yang terkandung dalam Yoh 21,24 bahwa murid yang dikasihi Tuhanlah yang memberi kesaksian dan menuliskan kesaksiannya. Ada pula yang berasumsi bahwa penulis Yohanes adalah Yohanes anak Zabedeus karena ia hadir pada penjamuan terakhir, ia berada bersama Petrus pada saat kebangkitan. Namun demikian asumsi tersebut menimbulkan penolakan. Meskipun demikian muncul informasi-informasi yang meneguhkan dugaan bahwa murid yang dikasihi adalah seorang Yahudi lebih konkret lagi orang Yahudi Palestin. Ia mengenal baik  pemikiran dan tradisi Yahudi, mengenal baik geografi Palestina. [4] Demikian faktor yang mempengaruhi keragaman penafsiran Injil Yohanes.
         
2.  Isi Kandungan Yohanes
Sebelum memasuki inti pembahasan penulis akan paparkan terlebih dahulu isi kandungan Yohanes secara singkat. Adapun secara umum Injil Yohanes terdiri dari dua bagian. Yaitu kitab tanda-tanda dan kitab kemuliaan. Kedua bagian tersebut di awali dengan prolog dan diakihiri oleh epilog. Bab pertama pada injil merupakan prolog sementara bab 21 merupakan epilog. Secara garis besar Injil Yohanes terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut:
Pertama, 1,1-18: Prolog. Prolog ini dibangun oleh sebuah himne atau kindung puitis yang berfungsi sebagai pengantar  ke dalam pemaparan tentang Sabda yang menjadi daging.
Kedua, 1,19-52: Persiapan. Sebagaimana dalam Injil-Injil Sinoptik, kisah pelayanan publik Yesus dipersiapkan oleh penginjil dengan mengisahkan pelayanan Yohanes yang dalam Injil-Injil Sinoptik dikena sebagai Yohanes Pembaptis. Dikisahkan juga empat murid pertama yang memperoleh kesaksian tentang Yesus dan datang untuk mengikuti-NYa.
Ketiga, 2,1-12,50: Kitab Tanda-Tanda. Bagian pertama Injil Yohanes ini memuat tindakan dan pengajaran (diskursus) Yesus yang ditunjukan kepada banyak orang. Tindakan dan pengajaran–Nya memunculkan krisis diantara mereka. Sebagian dari mereka percaya, tetapi sebagian yang lain menginginkan kematian Yesus. Bagian ini memuat tujuh tanda yang dikerjakan Yesus dan  diskursus yang mengutip setiap tanda untuk menjelaskan maknanya. Tujuh tanda tersebut yaitu pengubahan air menjadi anggur (2,1-11), penyembuhan anak pegawai istana (4,46-54), penyembuhan orang lumpuh di kolam Betesda (5,1-15), penggandaan roti (6, 1-15), Yesus berjalan di atas air (6,16-21), penyembuhan seorang buta (9, 1-41) dan pembangkitan Lazarus (11,1-44). Teks Yohanes pada dasarnya tidak hanya mengidentifikasi tujuh tanda tersebut saja. Melainkan ada beberapa kitab tanda-tanda lainnya.
Dalam hal ini ada tiga kitab tanda-tanda selain tujuh tanda yang disebutkan di atas yaitu sebagai berikut, dalam 1,19-51 yang mengisahkan hari-hari pertama yang mengawali karya pelayanan Yesus. Di sini ditampilkan latar pelayanan Yesus, kesaksian awal Yohanes Pembaptis, para murid pertama. kemudian dalam  2-4 mengenai dari Kana ke Kana, bagian ini menampilkan dua tanda yang dikerjakan Yesus (air menjadi angur, penyembuhan anak pegawai istana). Kedua tanda ini terjadi di Kana. Kedua tanda ini mengapit dua dialog Yesus (dengan Nikodemus dan dengan wanita Samaria). Tanda-tanda dan dialog-dialog tersebut dirangkai dengan kisah tentang penyucian Bait Allah dan kesaksian Yohanes Pembaptis. Dan yang terakhir, dalam 5-10 mengenai Yesus dalam pesta Yahudi, pada bagian ini berbicara secara khusus tentang pelayanan Yesus dalam konteks pesta-pesta utama Yahudi. Pesta-pesta utama dalam tradisi religius Yahudi tersebut menjadi bingkai yang memuat pemaparan tentang Yesus. Pesta-pesta tersebut adalah Sabat, Paskah, Pondok Daun, Penyucian Bait Allah.
Keempat, 13, 1-20,31: Kitab Kemuliaan. Dalam kitab kemuliaan pengajaran Yesus ditunjukan kepada publik yang bersifat spesifik, yaitu dua belas murid berbeda dengan kitab tanda- tanda yang ditunjukan kepada khalayak ramai. Dalam bagian pertama kitab kemuliaan, berkali-kali Yesus menyatakan bahwa saat-Nya belum tiba. Bagian kedua ini menyatakan datangnya saat itu yaitu sengsara, kematian, dan kebangkitan-Nya. Kitab kemuliaan terbagi dalam tiga bagian sekaligus penutup yaitu 13-17 adalah perjamuan terakhir, 18-19 adalah kesengsaraan, 20,1-29 adalah kebangkitan, dan 20,30-31 adalah penutup.
Dalam 13-17 tentang perjamuan terakhir dan wasiat terakhir Yesus. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya dan menjelaskan maksud tindakan–Nya tersebut. Setelah itu Yesus memberikan diskursus terakhir yang menjadi wasiat Yesus kepada murid-murid. Dalam wasiat-Nya Yesus berbicara tentang jalan menuju kepada Bapa (14.1-14), tentang Roh Kudus (14,15-24), tentang hidup para murid setelah kepergian-Nya (bab15-16). Pada akhirnya, Yesus berdoa untuk murid-murid-Nya (bab 17).
Sementara dalam 18-19 mengenai kesengsaraan. Saat Yesus telah tiba, saat peninggian dan pemuliaan-Nya. Ia ditangkap, diadili, disalibkan dan wafat. Lain halnya dalam 20,1-29 tentang kebangkitan, pada bagian ini memuat peristiwa di makam Yesus dan penampakan-penampakan Yesus kepada para murid. Dan yang terakhir dalam 20,30-31 mengenai penutup mengambarkan tentang penginjil yang mengungkapkan maksud penulisan Injil.[5]
.
3.  Penafsiran Yohanes 8, 12-20: Akulah Terang dunia
Sebagaimana yang telah penulis sampaikan di atas bahwa poin utama dalam pembahasan ini adalah telaah terhadap penafsiran Yohanes dalam bab 8,12-20. Adapun isi bab tersebut yaitu:
12Maka Yesus berkata lagi kepada orang banyak, kataNya: “Aku lah terang dunia ! Barangsiapa mengikuti Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, tetapi ia akan mempunyai terang kehidupan”. 13 Lalu kata orang-orang Farisi kepada-Ny.a.“Engkau bersaksi tentang diri-Mu, kesaksian-Mu tidak benar”. 14 kata Yesus kepada mereka, “Biarpun Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri,kesaksian-Ku itu benar, sebab Aku tahu, dari mana Aku datang dan kemana Aku pergi. Tetapi kamu tidak tahu, darimana Aku datang dan kemana Aku pergi. 15 kamu menghakimi menurut ukuran manusia, Aku tidak menghakimi seorang pun, 16 dan kalaupun Aku menghakimi, penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Bapa yang mengutus Aku. 17 Dalam kitab Tauratmu ada tertulis bahwa kesaksian dua orang adalah sah; 18 Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku. 19 Lalu kata mereka kepada-Nya, “Dimanakah BapaMu?” Jawab Yesus, Baik Aku, maupun Bapa-Ku tidak kamu kenal. Sekiranya kamu mengenal Aku, kamu mengenal juga Bapa-Ku. 20 Kata-kata itu dikatakan Yesus dekat perbendaharaan waktu ia mengajar di Bait Allah. Tidak seorang pun yang menangkap Dia, karena Saat-Nya belum tiba.[6]

Dari ayat-ayat tersebut menimbulkan beberapa penafsiran, dikesempatan ini penulis paparkan penafsiran Yohanes berdasarkan beberapa prespektif diantaranya St. Eko Riyadi, Pr.  Dalam prespektif Riyadi “Aku” memperoleh tekanan kuat dalam kalimat “Akulah terang dunia”, artinya terang dunia yang sejati adalah Yesus sendiri. Orang yang mengikuti terang itu tidak akan berjalan dalam kegelapan melainkan mempunyai terang hidup. Pernyataan ini senada dengan pernyataan tentang air hidup. Tentang air, Yesus mengatakan bahwa barangsiapa percaya kepada-Ku, dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup. Tentang terang, Yesus mengatakan bahwa siapa yang percaya kepada-Nya tidak hanya akan berjalan di dalam terang tetapi memiliki terang hidup. Dalam hal ini yang dibutuhkan oleh dunia dan dengannya dunia dapat keluar dari kegelapan adalah Yesus sendiri. Yesuslah terang dunia yang membawa keselamatan itu. Setiap orang berjalan di dalam Dia, tidak akan berjalan dalam kegelapan. Pernyataan diri Yesus pada akhirnya menimbulkan reaksi dari orang Farisi. Kesaksiannya tidak bisa dipercayai karena diberikan oleh satu pihak saja dan diberikan oleh dirinya sendiri. Mereka memperotes Yesus karena ia menyatakan diri-Nya sebagai sang terang dunia. Akhirnya Yesus berbicara. Bagi Yesus kesaksianNya adalah benar meskipun ia memberi kesaksian tentang diriNya sendiri. KesaksianNya juga merupakan kesaksian yang sah karena ia tidak sendirian dalam memberikan kesaksian, dalam hal ini Bapa juga bersaksi atas diriNya. Kesaksian itu benar karena sebagaimana yang diatur dalam hukum Taurat bahwa kesaksian itu benar apabila dinyatakan oleh dua pihak.
Akan tetapi orang Farisi hanya melihat Yesus, mereka tidak mengerti kalau Yesus dan Bapa adalah satu. Oleh karena itu ketika ia berkata bahwa Bapa memberi kesaksian tentang dirinya, orang menanyakan dimanakah Bapa nya itu. Pertanyaan ini merupakan sebuah pertanyaan legalis. Kalau Yesus mengatakan bahwa Bapa bersaksi tentang Dia, Yesus juga harus membawa Bapa itu kehadapan mereka. Jawaban Yesus masih menekankan kembali kesatuan-Nya dengan Bapa. Orang-orang tidak mengenal baik Anak maupun Bapa. Seandainya mereka mengenali identitas sejati Yesus, maka mereka akan mengenali Bapa juga. Mereka bertanya tentang dimanakah Bapa karena tidak mampu mengenai bahwa Anak dan Bapa adalah satu. Dengan menolak Yesus maka mereka menolak Bapa yang mengutus-Nya. Hal ini akan dinyatakan lagi oleh Yesus kepada Filipus yang meminta kepadaNya agar menunjukan Bapa kepadanya. Kepada Filipus Yesus menjawab,
“telah sekian lama Aku bersama-sama kamu Filipus namun, engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa: bagaimana engkau berkata; Tunjukanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayaklah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakana kepadamu, tidak Aku katakana dari diriKu sendiri, tetapi Bapa yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaanNya.” (Yoh14,9-10)    

Dalam kisah ini pengajaran itu terjadi di dekat perbendaharaan di dalam Bait Allah. Penginjil memberikan informasi bahwa tidak seorang pun menangkap Yesus karena saatNya belum tiba sebagaimana yang disiratkan dalam ayat 20.[7]
Sementara,dalam prespektif William Barclay mengungkapnkan bahwa ayat-ayat di atas merupakan soal-jawab dengan penguasaYahudi  yang terjadi di dalam tempat Perbendaharaan Bait Allah, yang terletak di Halaman Wanita. Halaman Bait Allah yang pertama adalah untuk orang-orang bukan Yahudi, halaman kedua adalah halaman untuk wanita. Hal tersebut demikian oleh karena orang-orang wanita tidak boleh melewati batasan itu kecuali jika mereka benar-benar hendak mempersembahkan korban di atas mezbah yang terletak di dalam halaman Iman-Iman. Disekeliling halaman Wanita itu ada serambi dan di dalamnya terdapat tiga belas peti uang pada tembok dan di dalam peti-peti itu orang memasukan persembahannya.
Peti-peti tersebut disebut terompet karena bentuknya yang menyerupai terompet. Tiga belas peti uang tersebut masing-masing dimaksudkan persembahan-persembahan tertentu. Pada dua peti pertama harus dimasukkan setengah syikal yang diwajibkan bagi orang Yahudi untuk membayarnya guna pemeliharaan Bait Allah. Pada peti ketiga dan keempat dimasukkan sejumlah uang senilai harga dua ekor merpati yang wajib bagi wanita guna penyucian  setelah melahirkan anak (Imamat 12:8). Pada peti kelima dimasukan persembahan yang digunakan untuk biaya kayu bakar yang dibutuhkan agar api mezbah terus menerus menyala. Pada peti keenam dimasukkan persembahan yang dibutuhkan untuk biaya kemenyan yang dipakai dalam kebaktian-kebaktian di dalam Bait Allah. Pada peti ketujuh dimasukkan persembahan guna memelihara bejana-bejana emas yang dipakai dalam kebaktian-kebaktian. Terkadang seseorang atau satu keluarga menyisihkan jumlah uang tertentu guna persembahan dosa atau persembahan pengucapan syukur. Pada enam peti sisanya adalah suatu persembahan ekstra yang ingin diberikan jemaat.    
Jelaslah bahwa tempat Pembendaharaan itu merupakan tempat yang cukup ramai dikunjungi orang. Tempat tersebut juga merupakan tempat sebaik-baiknya untuk mengumpulkan orang-orang untuk diberi pelajaran. Di dalam bagian tersebut Yesus memberikan suatu pernyataan yang penting “Akulah terang dunia”. Ada kemungkinan besar bahwa latarbelakang suasana di atas membuat pernyataan Yesus dua kali lebih hidup dan mengesankan. Perayaan yang dihubungkan oleh Yohanes dengan percakapan ini adalah hari raya Pondok Daun (Yoh 7:2). Telah dijelaskan pula pada (Yoh 7:37) bagaimana upacara-upacara ini telah menimbulkan kejadian dimana Yesus menyatakan pemberian air yang hidup kepada manusia. Akan tetapi ada ucapan lainyang berhubungan dengan hari raya itu.[8]
Pada malam hari pertama dilakukan upacara yang disebut Penerangan Bait. Upacara ini dilakukan di Halaman Wanita. Halaman ini dikelilingi oleh serambi yang lebar untuk dapat menampung para penonton. Pada tengah-tengah halaman itu telah ditempatkan empat kendi (yaitu tempat lilin yang bercabang-cabang) yang besar. Pada waktu hari menjadi petang, maka keempat kendi besar dipasang dan dikatakan orang kalau kandi-kandi itu memancarkan nyala terang yang begitu besar keseluruh kota Yerusalem sehingga tiap malam halaman dalam rumah terjadi terang benderang. Dan sepanjang malam itu, sampai ayam jantan berkokok pada pagi hari berikutnya, orang-orang yang termulia dan yang paling bijak dan paling suci di Israel menari-nari dihadapan Tuhan, sambil nyanyi Mazmur sukacita dan puji-pujian sambil ditonton oleh orang banyak. Yesus berkata: “Kamu telah melihat nyala api dan penerang Bait menembuh kegelepan. Aku adalah Terang Dunia, karena orang yang mengikuti Aku mempunyai terang, tidak hanya satu malam yang menggetarkan hati, melainkan untuk sepanjang perjalanan hidup seluruhnya. Terang dari Bait itu adalah cemerlang, akan tetapi pada akhirnya akan berkedip-kedip dan padam. Akulah Terang yang menyala untuk selamanya.”  
Yesus telah berkata: “Barangsiapa yang mengikuti Aku, dia tidak berjalan di dalam gelap, melainkan akan mendapat terang kehidupan.” Terang kehidupan berarti dua hal.dalam bahasa Yunani dapat berarti terang yang terpancar dari sumber kehidupan atau terang yang memberi kehidupan. Dalam bagian ini dapat berarti kedua-duanya. Yesus adalah terang Allah yang telah datang diantara manusia dan Dia juga terang yang member kehidupan kepada manusia. Sama seperti bunga tidak mungkin bisa bersemi jika tidak pernah melihat sinar matahari, demikian juga hidup kita tidak bisa bersemi dengan keagungan dan keindahan yang seharusnya dipunyai, kecuali jika hidup itu disinari oleh terang kehadiran Yesus.
Dalam bagian ini Yesus berkata tentang hal mengikuti Dia sendiri. Mengikuti dalam bahasa Yunani ialah akolouthein  mempunyai lima arti yang berbeda akan tertapi berhubungan erat satu sama lain:[9]
(1) Kata itu seringkali digunakan untuk seorang serdadu yang mengikuti kaptennya. Serdadu itu ikut kemana saja kaptennya memimpin dia. Dalam hal ini dapat dianologikan bahwa orang Kristen merupakan serdadu dan Kristus adalah komandannya. (2) kata itu juga digunakan untuk seorang budak yang menyertai tuannya. Secara harfiah dia benar-benar selalu siap mendampingi dan melayani tuannya. Orang Kristen adalah seorang budak yang kesukaannya ialah melayani Kristus. (3) kata itu digunakan untuk menerima baik pandangan yang bijaksana dari seorang penasehat. Orang Kristen adalah orang yang memakai nasehat Kristus sebagai pedoman hidup dan kelakuan. (4) seringkali berarti menuruti undang-undang kota atau negara. Kalau seorang menjadi anggota yang berguna dari masyarakat atau persekutuan, dia harus setuju untuk mematuhi hukum-hukumnya. Orang Kristen yang menjadi warganegara kerajaan surge menerima baik undang-undang dari kerajaan dan dari Kristus sebagai hukum yang memerintah hidupnya. (5) berarti juga mengikuti garis argumentasi dari si guru atau mengikuti intisari dari pembicaraan orang. Orang Kristen adalah orang yang telah mengerti arti dari pengajaran Kristus. Dia tidak mendengar tanpa pikir atau perhatian. Dia menampung pesan itu di dalam akal-budinya dan mengerti, menerima kata-kata itu dalam ingatannya dan mengingat-ngingatnya dan menyimpannya di dalam hati dan menurut.    
Menjadi pengikut Kristus berarti memberi seluruh dirinya, badan, jiwa dan nyawa dalam penurutan kepada Tuannya dan untuk memasuki penurutan itu berarti berjalan di dalam terang . Dalam menuju itu membutuhkan hikmat surgawi untuk perjalanan di dunia. Orang yang mempunyai pertunjuk yang aman dan peta yang tepat adalah orang yang pasti sampai dengan selamat pada akhir perjalannya. Yesus Kristus adalah petunjuk itu dan dia sajalah yang mempunyai peta kehidupan. Mengikuti Dia berarti berjalan dengan selamat sepanjang hidup dan sesudah itu masuk ke dalam kemuliaan.
Pada waktu Yesus menyatakan diri sebagai Terang Dunia, para ahli Taurat dan orang-orang Farisi member reaksi permusuhan. Perkataan “terang” khususnya dalam pemikiran dan bahasa orang Yahudi dihubungkan dengan Tuhan. “Tuhan adalah terang” (Mzm 27:1), “Tuhan akan menjadi penerang abadi bagimu” (Yes 60:19). “Dan dibawah terangNya aku berjalan di dalam gelap” (Ayb 29:3). “Sekalipun aku duduk di dalam gelap, Tuhan akan menjadi terangku” (Mi 7:8). Para Rabi menyatakan bahwa nama dari Messias ialah terang. Jika Yesus menyatakan diri sebagai Terang Dunia maka Dia menuntut sesuatu yang paling tinggi.
Argumentasi yang diberikan di dalam bagian ini adalah sulit dan rumit, akan tetapi hal itu meliputi tiga unsur:[10]
(1)Orang-orang Yahudi menuntut bahwa sesuatu pernyataan yang telah dibuat Yesus tidak dapat dipandang tepat oleh karena tidak didukung oleh bukti-bukti yang cukup. Hal ini seperti yang dilihat oleh mereka, hanya didukung oleh kata-kataNya sendiri saja, dan menurut hukum orang Yahudi suatu pernyataan harus didasarkan atas bukti dari dua saksi, sebelum hal itu dipandang benar.  “Satu orang saksi saja tidak dapat menggugat seseorang mengenai perkara kesalahan apapun atau dosa apapun yang mungkin dilakukannya; baru atas keterangan dua atau tiga orang saksi perkara itu tidak disangsikan” (Ul19:15). “Berdasarkan keterangan dari dua atau tiga orang saksi haruslah mati dibunuh orang yang dihukummati, atas keterangan satu orang saksi saja janganlah ia dihukum mati” (Ul 17:6). “… tetapi kalau hanya satu orang saksi saja tidak cukup untuk member ketetapan hukuman mati” (Bil 35:30). Jawaban Yesus ada dua ganda.
Pertama, ia menjawab bahwa jawaban Dia sendiri adalah cukup. Dia menyadari benar kuasaNya sendiri, sehingga tidak perlu ada saksi lain. Ini bukanlah kebanggaan yang timbul dari kepercayaan atas diri sendiri. Yesus begitu menyadari hubunganNya yang dekat dengan Allah sehingga Dia tidak membutuhkan suatu kuasa lain untuk mendukung tuntutanNya kecuali hubunganNya dengan Allah. Kedua, Yesus berkata dalam kenyataan sesungguhnya bahwa Dia telah mempunyai saksi kedua dan saksi kedua itu adalah Allah. Bagaimana Allah member Allah member kesaksian atas kuasa yang tertinggi dari Yesus? (a) kesaksian Allah ada dalam kata-kata Yesus. Tidak ada seorangpun dapat berkata-kata dengan hikmat itu kecuali Allah memberikannya pengetahuan, (b) kesaksian Allah adalah perbuatan-perbuatan Yesus. Tidak ada seorangpun dapat dapat berbuat perkara-perkara yang demikian itu kecuali Allah yang bertindak melalui Dia, (c) kesaksian Allah ada di dalam akibat tindakan Yesus pada manusia. Kenyataan bahwa Yesus dapat mengubah orang yang jahat menjadi baik adalah bukti dari kuasaNya yang bukan hanya kuasa manusia, melainkan dari Allah. (d) kesaksian Allah Nampak dalam reaksi orang terhadap Yesus. Dimana saja dan kapan saja Yesus telah dinyatakan sepenuhnya, dimana saja dan kapan saja Salib telah diberitakan segala kebesaran dan kemuliaannya maka langsung timbul respons yang meluap dalam hati orang. Respon itu adalah Roh Kudus Allah yang bekerja dan memberi kesaksian dalam hati orang-orang. Tuhan yang ada di dalam hati kita memungkinkan kita untuk melihat Allah di dalam Yesus.
(2) Kedua, Yesus membicarakan tentang hakNya untuk menghakimi. KedatanganNya ke dalam dunia ini bukanlah pertama-tama untuk menghakimi melainkan untuk mengasihi. Pada waktu bersamaan reaksi orang terhadap Yesus pada diriNya merupakan suatu penghakiman, jika ia tidak melihat ada keindahan di dalam Yesus maka ia menghukum diri sendiri. Di sini Yesus menarik garis kontras antar dua macam penghakiman.
(a) Ada penghakiman yang didasarkan atas pengetahuan manusia dan standar manusia dan tidak pernah melihat apa yang berada di bawah permukaan. Itulah penghakiman dari ahli Taurat dan orang Farisi. (b) Ada suatu penghakiman yng didasarkan atas pengetahuan mengenai segala fakta, bahkan fakta yang tersembunyi dan pengetahuan semacam itu hanya ada pada Tuhan Yesus yang menyatakan bahwa, setiap penghakiman yang Dia ucapkan bukanlah dari manusia melainkan dari Allah oleh karena Dia adalah satu dengan Allah.
            (3) Akhirnya, Yesus mengatakan secara terus terang bahwa para ahli Taurat dan orang-orang Farisi tidak mempunyai pengetahuan yang sejati tentang Allah. Kenyataannya bahwa mereka tidak mau mengakui Dia,siapa dan apa Dia, membuktikan hal itu. Yang menjadi kejadian menyedihkan ialah bahwa seluruh sejarah Israel telah diatur sedemikian rupa sehingga orang-orang Yahudi seharusnya dapat mengenali Anak Allah pada waktu Dia datang, akan tetapi mereka sudah terlibat dalam ide-ide mereka sendiri, begitu sungguh-sungguh pada jalan mereka, begitu yakin mengenai pengertian-pengertian mereka sendiri tentang agama. Sehingga menjadi buta terhadap Allah.
Demikian penafsiran Yohanes 8, 12-20 yang penulis kutip dari prespektif Riayad dan Barclay. Namun demikian dari dua penafsiran tersebut, pada akhirnya menaris penulis untuk melakukan analisis terhadap dua penafsiran di atas. Pada dasarnya memberikan penjelesan yang komprehensi akan tetapi dari keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Menurut hemat penulis kelebihan dari  penafsiran Riyadi terletak pada kongklusi dari ayat tersebut yang to the poin yang menggambarkan bahwa Yesus adalah anak Allah yang merupakan utusan tuhan untuk memberikan petunjuk manusia di dunia, yang oleh kaum Farisi ditolaknya tetapi karena belum saatnya mereka tidak menangkap Yesus, ini semua terjadi di dekat Perbendaharaan di dalam Bait Allah. Namun kekurangannya penafsiran tersebut tidak memberikan gambaran terkait latarbelakang atau kronologi munculnya ayat-ayat tersebut yang menyebabkan Yesus menyatakan bahwa Dialah Terang Dunia. Menurut penulis latarbelakang yang tidak dijelaskan akan menimbulkan pemaham yang beranekaragam kembali dan mungkin akan menimbulkan penyalahartian makna.  
Sementara penafsiran oleh Barclay, kelebihannya terletak pada penjabaran kronogi secara runtut atas kemunculan ayat-ayat tersebut, salah satunya mengenai kondisi Perbendaharaan yang memang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang untuk menjalankan peribadatan sehingga pembaca bisa lebih memahaminya secara detail namun kekurangan dari penafsiran tersebut terletak pada penggunaan kalimat yang cukup panjang misalnya dalam menunjukan makna mengikuti dari kalimat  “ Barangsiapa yang mengikuti Aku,,,,” ini memiliki banyak arti yang pada intinya arti-arti tersebut memiliki kesamaan makna. Meskipun demikan penafsiran-penafsiran tersebut pada umumnya memberikan gambaran tentang identitas Yesus sebagai sang petunjuk bagi kehidupan manusia di dunia atas kehendak Bapa. Sebagai orang awam diantara kedua penafsiran di atas menurut hemat penulis, penafsiran yang lebih mudah dipahami yaitu penafsiran menurut Barclay. Hanya saja ada beberapa kegelisahan yang belum penulis temukan secara spesifik terkait penafsiran Yohanes. Kegelisan tersebut akan penulis sampaikan pada poin penutup. 

Penutup
Pada dasarnya penafsiran di atas dapat penulis simpulkan bahwasanya ayat-ayat Yohanes 8,12-20 menggambarkan tentang identitas Yesus yang merupakan utusan dari Bapa, disini Yesus berperan sebagai perwakilan Tuhan sebagai penerang jalan hidup manusia. Namun sebagai manusia awam yang ingin selalu menambah keilmuan ada beberapa hal yang ingin penulis ketahui lebih dalam lagi terkait ketidakpahaman penulis, pertama mengenai keragaman penafsiran Yohanes akibat kata perumpamaan yang sering muncul, apakah ada penafsiran yang radikal sehingga sering disalah gunakan? Selain itu dalam kehidupan sekarang yang dimaksud dengan Akulah terang dunia tersebut pada intinya ditunjukan untuk memberikan petunjuk atau menambah keimanan umat kristiani saja atau ayat tersebut digunakan sebagai alat legitimasi untuk  menarik umat diluar kristiani untuk mengikuti umat kristiani, adakah hal seperti itu?. Sejauh ini penulis belum mendapatkan jawaban yang secara sepesifik. Tanpa mengurangi rasa hormat penulis ucapkan Alhamdulillah. Dan demikian penulisan yang dapat penulis jabarkan. 

Daftar pustaka
Brill, J. Wesley. Tafsiran Injil Yohanes. Bandung: Kalam Hidup.

Barclay, William. Transleter Widyapranawa. Injil Yohanes Fasal 8-12. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1985.

Lembaga Alkitab Indonesia. Perjanjian Baru: Yunani–Indonesia. Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia. 2002.

Keene, Michael. Diterjemahkan oleh Y. Dwi Kopratno. Alkitab: Sejarah, Proses Terbentuknya, dan Pengaruhnya. Yogyakarta: Kanisius. 2010.

Riyadi Pr,  St. Eko. Yohanes (Firmah Menjadi Manusia). Yogyakarta: Kanisius. 2015












[1] J. Wesley Brill, Tafsiran Injil Yohanes (Bandung: Kalam Hidup)hlm. 16.
[2] Michael Keene diterjemahkan oleh Y. Dwi Kopratno, Alkitab: Sejarah, Proses Terbentuknya, dan Pengaruhnya (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 110-111.

[3] St. Eko Riyadi, Pr, Yohanes (Firmah Menjadi Manusia) (Yogyakarta: Kanisius, 2015), hlm. 31-32.
[4] St. Eko Riyadi, Pr, Yohanes (Firmah Menjadi Manusia), hlm 31-37.
[5] St. Eko Riyadi, Pr, Yohanes (Firmah Menjadi Manusia), hlm 39-46.

[6]Lembaga Alkitab Indonesia, Perjanjian Baru: Yunani–Indonesia (Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia, 2002),hlm. 696-698.
[7] St. Eko Riyadi, Pr, Yohanes (Firmah Menjadi Manusia) (Yogyakarta: Kanisius, 2015), hlm.203-206.
[8]  William Barclay transleter Widyapranawa, Injil Yohanes Fasal 8-12 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985)hlm. 15-17. 
[9] William Barclay transleter Widyapranawa, Injil Yohanes Fasal 8-12, hlm. 18-19.
[10] William Barclay transleter Widyapranawa, Injil Yohanes Fasal 8-12, hlm.21-24.

0 komentar:

Posting Komentar