AKULAH TERANG DUNIA (YOH 8,12-20)
Telaah Injil Yohanes
Tugas
ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah
Studi
Al-Quran, Hadis dan Alkitab
Dosen
pengampu pak Wahyu Nugroho

Di
Susun Oleh:
Ita
Fitri Astuti
1520510071
KONSENTRASI
STUDI AGAMA DAN RESOLUSI KONFLIK
PRODI
AKIDAH FILSAFAT
FAKULTAS
USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
AKULAH
TERANG DUNIA (Yoh 8,12-20)
Telaah Injil Yohanes
A.
Pendahuluan
Pembahasan
pada kesempatan ini penulis awali dengan mengutip karya Michael Keene dalam Alkitab:
Sejarah, Proses Pembentukan, dan pengaruhnya. Keene meyebutkan bahwa
Injil Yohanes ditulis sekitar tahun 95 M. Sementara menurut J. Wesley Brill Yohanes
tidak diketahui dengan pasti kapan Yohanes menulis Injil itu,berdasarkan dugaan
Injil ditulis pada tahun 80 dan 90 an, lain halnya keterangan yang diperoleh
dari Dead sea Scrolls kemungkinan Injil ditulis antara tahun 65 dan 75.
Sejarah gereja menyatakan bahwa Yohanes telah pergi ke Asia Kecil dan menjadi
pemimpin dalam pekerjaan Tuhan di sana. Pada masa tuanya ia tinggal di Efesus
dan di sana ia menulis Injilnya.[1]
Meskipun
kepastian penulisan Injil masih menimbulkan teka teki namun, Injil Yohanes
merupakan kajian yang lebih mendalam tentang hidup Yesus dibandingkan para
penulis Injil lain. Walaupun bahasanya sederhana, di bawah permukaan, Injil ini
merupakan studi yang menyelidiki misteri
Kristus. Disatu sisi hal ini yang membuat Yohanes mudah dibaca daripada
Injil-Injil lainnya. Ia mengeksplisitkan apa yang oleh penginjil lain hanya implisit
bahwa Injil bukanlah biografi tentang Yesus melainkan sebuah penafsiran tentang
hidup dan ajaran-Nya. Injil Yohanes
lebih unik, karena gambaran Yesus dalam
Yohanes begitu berbeda dengan yang ditemukan dalam Injil Sinoptik. Yohanes secara
teologis membuat peryataan yang sangat mendalam bahwa Yesus adalah Firman Allah
yang menjadi manusia, dalam Yohanes tidak menjelaskan tentang pengusiran setan
maupun penyembuhan penderita kusta sebagaimana dijelaskan pada Injil Markus justru
Yohanes memasukan perubahan air menjadi anggur yang disebut dengan tanda-tanda.
Selain itu, Yohanes menunjukan bahwa Yesus adalah anak Allah berbeda dengan
Injil Sinoptik yang menyebutkan bahwa mukjizat merupakan indikasi dari
kedatangan Kerajaan Allah. Yohanes juga menyebutkan bahwa pelayanan Yesus
dipusatkan di Yerusalem dan berkisar pada tema perayaan Yahudi tentang cahaya,
kehidupan dan kemuliaan. Dalam Yohanes kebersihan Bait Allah ditempatkan sangat
awal dalam pelayanan Yesus dan tidak ada catatan tentang perubahan rupa
(fransfigurasi) semetara dalam Injil Sinoptik banyak pelayanan Yesus terjadi di
Galilea. Pengajaran Yesus dalam Yohanes kurang pendek, kata-kata kurang ringkas
dan perumpamaan yang ditemukan dimana-mana dan terdiri dari wacana yang
panjang. Injil Yohanes memberikan fondasi bagi banyak pemahaman tentang Yesus
selanjutnya.[2] Namun
demikian kata-kata yang banyak mengandung perumpamaann dalam Injil Yohanes
tidak jarang menimbulkan keanekaragaman penafsiran. Maka dari itu penulis
berupaya menelaah penafsiran-penafsiran yang muncul dalam Injil Yohane
khususnya pada bagian 8,12-20 tentang Akulah (Yesus) Terang Dunia. Untuk lebih jelasnya
akan penulis bahas pada bab selanjutnya..
B.
Pembahasan
1.
Faktor yang Menimbulkan keragaman Penafsiran
Yohanes
Secara
umum menurut hemat penulis keragaman penafsiran Yohanes timbul akibat kata-kata
yang terdapat pada Yohanes banyak mengandung perumpamaan. Tampak dari jenis pendekatan
metodologis yang selalu digunakan untuk menafsirkan Yohanes berbeda-beda. Pada
dasarnya ada dua pendekatan yang sering digunakan yaitu pendekatan yang
berorientasi historis dan pendekatan yang berorientasi pada perwujudan Yohanes
yang dimiliki saat ini. Dari kedua pendekatan tersebutlah yang menimbulkan
perbedaan penafsiran. Selain itu, tujuan dari penulisan Yohanes juga sering
menimbulkan perbedaan, ada sebagaian penulis yang bertujuan untuk menjaga
tradisi historis dan gagasan kristologis tersebut. Ada pula yang menafsirkan
tujuan dari Yohanes berdasarkan Yoh 20, 31. Yang dinyatakan “… semua yang
tercantum disini sudah dicatat supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, anak Allah
dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya “. [3]
Namun,
dewasa ini banyak penulis yang memilih pandangannya bahwa Injil ditulis dan
ditunjukan untuk orang-orang Kristen yang berasal dari kalangan Yahudi untuk
meneguhkan iman mereka di tengah-tengah krisis yang mereka hadapi. Tujuan Injil
bukanlah mempertobatkan orang-orang Yahudi ke dalam iman akan Yesus melainkan
memperkuat iman orang-orang Kristen dalam situasi krisis. Menurut R. E. Brown
bahwa Injil ditulis untuk orang-orang Kristen Yahudi yang masih tetap tinggal
di dalam sinagoga diaspora. Ada tanda-tanda di dalam Injil bahwa masih bimbang
antara iman akan Yesus dan ketidakmauan untuk meninggalkan Yudaisme. Penegasan
bahwa Yesus adalah Mesias bertujuan untuk meneguhkan iman mereka. Situasi
krisis tersebut menjelaskan kesan bahwa Injil Yohanes bersifat anti-Yahudi.
Yohanes lebih kuat menampilkan konflik antara jemaat Kristen dan jemaat Yahudi.
Polemik melawan orang-orang Yahudi juga tampak dalam penggunaan sebutan
orang-orang Yahudi (Ioudaios). Kata Ioudaios muncul 60 kali dalam
Injil
Dalam
penginjilan tidak menampilkan serangan terhadap orang-orang Yahudi karena
kemunafikan atau juga karena perilaku mereka seperti halnya dalam Injil Sinoptik.
Bagi Yohanes hukum Taurat sudah diganti oleh kasih yang telah ditunjukan Allah
melalui Yesus dan membangun Perjanjian Baru. Bahkan studi kritis terhadap Injil
Yohanes telah menampakkan beberapa bagian dalam Injil yang menunjukan
ketidaksinambungan antarbagiannya. Demikian pula terhadap identifikasi penulis
Yohanes menjadi perdebatan. Ada beberapa asumsi kalau penulis Yohanes
tersembunyi sebagaimana yang terkandung dalam Yoh 21,24 bahwa murid yang
dikasihi Tuhanlah yang memberi kesaksian dan menuliskan kesaksiannya. Ada pula
yang berasumsi bahwa penulis Yohanes adalah Yohanes anak Zabedeus karena ia
hadir pada penjamuan terakhir, ia berada bersama Petrus pada saat kebangkitan.
Namun demikian asumsi tersebut menimbulkan penolakan. Meskipun demikian muncul
informasi-informasi yang meneguhkan dugaan bahwa murid yang dikasihi adalah
seorang Yahudi lebih konkret lagi orang Yahudi Palestin. Ia mengenal baik pemikiran dan tradisi Yahudi, mengenal baik
geografi Palestina. [4]
Demikian faktor yang mempengaruhi keragaman penafsiran Injil Yohanes.
2. Isi Kandungan
Yohanes
Sebelum
memasuki inti pembahasan penulis akan paparkan terlebih dahulu isi kandungan
Yohanes secara singkat. Adapun secara umum Injil Yohanes terdiri dari dua
bagian. Yaitu kitab tanda-tanda dan kitab kemuliaan. Kedua bagian tersebut di
awali dengan prolog dan diakihiri oleh epilog. Bab pertama pada injil merupakan
prolog sementara bab 21 merupakan epilog. Secara garis besar Injil Yohanes
terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut:
Pertama, 1,1-18: Prolog. Prolog ini dibangun
oleh sebuah himne atau kindung puitis yang berfungsi sebagai pengantar ke dalam pemaparan tentang Sabda yang menjadi
daging.
Kedua, 1,19-52: Persiapan. Sebagaimana
dalam Injil-Injil Sinoptik, kisah pelayanan publik Yesus dipersiapkan oleh
penginjil dengan mengisahkan pelayanan Yohanes yang dalam Injil-Injil Sinoptik
dikena sebagai Yohanes Pembaptis. Dikisahkan juga empat murid pertama yang
memperoleh kesaksian tentang Yesus dan datang untuk mengikuti-NYa.
Ketiga, 2,1-12,50: Kitab Tanda-Tanda. Bagian
pertama Injil Yohanes ini memuat tindakan dan pengajaran (diskursus) Yesus yang
ditunjukan kepada banyak orang. Tindakan dan pengajaran–Nya memunculkan krisis
diantara mereka. Sebagian dari mereka percaya, tetapi sebagian yang lain
menginginkan kematian Yesus. Bagian ini memuat tujuh tanda yang dikerjakan
Yesus dan diskursus yang mengutip setiap
tanda untuk menjelaskan maknanya. Tujuh tanda tersebut yaitu pengubahan air
menjadi anggur (2,1-11), penyembuhan anak pegawai istana (4,46-54), penyembuhan
orang lumpuh di kolam Betesda (5,1-15), penggandaan roti (6, 1-15), Yesus
berjalan di atas air (6,16-21), penyembuhan seorang buta (9, 1-41) dan
pembangkitan Lazarus (11,1-44). Teks Yohanes pada dasarnya tidak hanya
mengidentifikasi tujuh tanda tersebut saja. Melainkan ada beberapa kitab
tanda-tanda lainnya.
Dalam
hal ini ada tiga kitab tanda-tanda selain tujuh tanda yang disebutkan di atas
yaitu sebagai berikut, dalam 1,19-51 yang mengisahkan hari-hari pertama yang
mengawali karya pelayanan Yesus. Di sini ditampilkan latar pelayanan Yesus,
kesaksian awal Yohanes Pembaptis, para murid pertama. kemudian dalam 2-4 mengenai dari Kana ke Kana, bagian ini
menampilkan dua tanda yang dikerjakan Yesus (air menjadi angur, penyembuhan
anak pegawai istana). Kedua tanda ini terjadi di Kana. Kedua tanda ini mengapit
dua dialog Yesus (dengan Nikodemus dan dengan wanita Samaria). Tanda-tanda dan
dialog-dialog tersebut dirangkai dengan kisah tentang penyucian Bait Allah dan
kesaksian Yohanes Pembaptis. Dan yang terakhir, dalam 5-10 mengenai Yesus dalam
pesta Yahudi, pada bagian ini berbicara secara khusus tentang pelayanan Yesus
dalam konteks pesta-pesta utama Yahudi. Pesta-pesta utama dalam tradisi religius
Yahudi tersebut menjadi bingkai yang memuat pemaparan tentang Yesus.
Pesta-pesta tersebut adalah Sabat, Paskah, Pondok Daun, Penyucian Bait Allah.
Keempat,
13, 1-20,31: Kitab
Kemuliaan. Dalam kitab kemuliaan pengajaran Yesus ditunjukan kepada publik yang
bersifat spesifik, yaitu dua belas murid berbeda dengan kitab tanda- tanda yang
ditunjukan kepada khalayak ramai. Dalam bagian pertama kitab kemuliaan,
berkali-kali Yesus menyatakan bahwa saat-Nya belum tiba. Bagian kedua ini
menyatakan datangnya saat itu yaitu sengsara, kematian, dan kebangkitan-Nya.
Kitab kemuliaan terbagi dalam tiga bagian sekaligus penutup yaitu 13-17 adalah
perjamuan terakhir, 18-19 adalah kesengsaraan, 20,1-29 adalah kebangkitan, dan
20,30-31 adalah penutup.
Dalam
13-17 tentang perjamuan terakhir dan wasiat terakhir Yesus. Yesus membasuh kaki
murid-murid-Nya dan menjelaskan maksud tindakan–Nya tersebut. Setelah itu Yesus
memberikan diskursus terakhir yang menjadi wasiat Yesus kepada murid-murid.
Dalam wasiat-Nya Yesus berbicara tentang jalan menuju kepada Bapa (14.1-14),
tentang Roh Kudus (14,15-24), tentang hidup para murid setelah kepergian-Nya
(bab15-16). Pada akhirnya, Yesus berdoa untuk murid-murid-Nya (bab 17).
Sementara
dalam 18-19 mengenai kesengsaraan. Saat Yesus telah tiba, saat peninggian dan
pemuliaan-Nya. Ia ditangkap, diadili, disalibkan dan wafat. Lain halnya dalam
20,1-29 tentang kebangkitan, pada bagian ini memuat peristiwa di makam Yesus
dan penampakan-penampakan Yesus kepada para murid. Dan yang terakhir dalam 20,30-31
mengenai penutup mengambarkan tentang penginjil yang mengungkapkan maksud
penulisan Injil.[5]
.
3. Penafsiran
Yohanes 8, 12-20: Akulah Terang dunia
Sebagaimana
yang telah penulis sampaikan di atas bahwa poin utama dalam pembahasan ini
adalah telaah terhadap penafsiran Yohanes dalam bab 8,12-20. Adapun isi bab
tersebut yaitu:
12Maka Yesus berkata lagi kepada orang
banyak, kataNya: “Aku lah terang dunia ! Barangsiapa mengikuti Aku, ia tidak
akan berjalan dalam kegelapan, tetapi ia akan mempunyai terang kehidupan”. 13 Lalu kata orang-orang Farisi kepada-Ny.a.“Engkau
bersaksi tentang diri-Mu, kesaksian-Mu tidak benar”. 14 kata Yesus kepada mereka, “Biarpun
Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri,kesaksian-Ku itu benar, sebab Aku tahu,
dari mana Aku datang dan kemana Aku pergi. Tetapi kamu tidak tahu, darimana Aku
datang dan kemana Aku pergi. 15 kamu menghakimi menurut ukuran manusia, Aku tidak
menghakimi seorang pun, 16
dan kalaupun Aku menghakimi, penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang
diri, tetapi Aku bersama dengan Bapa yang mengutus Aku. 17 Dalam kitab Tauratmu ada tertulis
bahwa kesaksian dua orang adalah sah; 18 Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga
Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku. 19 Lalu kata mereka kepada-Nya, “Dimanakah
BapaMu?” Jawab Yesus, Baik Aku, maupun Bapa-Ku tidak kamu kenal. Sekiranya kamu
mengenal Aku, kamu mengenal juga Bapa-Ku. 20 Kata-kata itu dikatakan Yesus dekat perbendaharaan waktu
ia mengajar di Bait Allah. Tidak seorang pun yang menangkap Dia, karena
Saat-Nya belum tiba.[6]
Dari
ayat-ayat tersebut menimbulkan beberapa penafsiran, dikesempatan ini penulis paparkan
penafsiran Yohanes berdasarkan beberapa prespektif diantaranya St. Eko Riyadi,
Pr. Dalam prespektif Riyadi “Aku”
memperoleh tekanan kuat dalam kalimat “Akulah terang dunia”, artinya
terang dunia yang sejati adalah Yesus sendiri. Orang yang mengikuti terang itu
tidak akan berjalan dalam kegelapan melainkan mempunyai terang hidup.
Pernyataan ini senada dengan pernyataan tentang air hidup. Tentang air, Yesus
mengatakan bahwa barangsiapa percaya kepada-Ku, dari dalam hatinya akan
mengalir aliran-aliran air hidup. Tentang terang, Yesus mengatakan bahwa siapa
yang percaya kepada-Nya tidak hanya akan berjalan di dalam terang tetapi
memiliki terang hidup. Dalam hal ini yang dibutuhkan oleh dunia dan dengannya
dunia dapat keluar dari kegelapan adalah Yesus sendiri. Yesuslah terang dunia
yang membawa keselamatan itu. Setiap orang berjalan di dalam Dia, tidak akan
berjalan dalam kegelapan. Pernyataan diri Yesus pada akhirnya menimbulkan
reaksi dari orang Farisi. Kesaksiannya tidak bisa dipercayai karena diberikan
oleh satu pihak saja dan diberikan oleh dirinya sendiri. Mereka memperotes
Yesus karena ia menyatakan diri-Nya sebagai sang terang dunia. Akhirnya Yesus
berbicara. Bagi Yesus kesaksianNya adalah benar meskipun ia memberi kesaksian
tentang diriNya sendiri. KesaksianNya juga merupakan kesaksian yang sah karena
ia tidak sendirian dalam memberikan kesaksian, dalam hal ini Bapa juga bersaksi
atas diriNya. Kesaksian itu benar karena sebagaimana yang diatur dalam hukum
Taurat bahwa kesaksian itu benar apabila dinyatakan oleh dua pihak.
Akan
tetapi orang Farisi hanya melihat Yesus, mereka tidak mengerti kalau Yesus dan
Bapa adalah satu. Oleh karena itu ketika ia berkata bahwa Bapa memberi
kesaksian tentang dirinya, orang menanyakan dimanakah Bapa nya itu. Pertanyaan
ini merupakan sebuah pertanyaan legalis. Kalau Yesus mengatakan bahwa Bapa
bersaksi tentang Dia, Yesus juga harus membawa Bapa itu kehadapan mereka.
Jawaban Yesus masih menekankan kembali kesatuan-Nya dengan Bapa. Orang-orang
tidak mengenal baik Anak maupun Bapa. Seandainya mereka mengenali identitas
sejati Yesus, maka mereka akan mengenali Bapa juga. Mereka bertanya tentang
dimanakah Bapa karena tidak mampu mengenai bahwa Anak dan Bapa adalah satu.
Dengan menolak Yesus maka mereka menolak Bapa yang mengutus-Nya. Hal ini akan
dinyatakan lagi oleh Yesus kepada Filipus yang meminta kepadaNya agar
menunjukan Bapa kepadanya. Kepada Filipus Yesus menjawab,
“telah sekian lama Aku bersama-sama
kamu Filipus namun, engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku,
ia telah melihat Bapa: bagaimana engkau berkata; Tunjukanlah Bapa itu kepada
kami. Tidak percayaklah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku?
Apa yang Aku katakana kepadamu, tidak Aku katakana dari diriKu sendiri, tetapi
Bapa yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaanNya.” (Yoh14,9-10)
Dalam
kisah ini pengajaran itu terjadi di dekat perbendaharaan di dalam Bait Allah.
Penginjil memberikan informasi bahwa tidak seorang pun menangkap Yesus karena
saatNya belum tiba sebagaimana yang disiratkan dalam ayat 20.[7]
Sementara,dalam
prespektif William Barclay mengungkapnkan bahwa ayat-ayat di atas merupakan
soal-jawab dengan penguasaYahudi yang
terjadi di dalam tempat Perbendaharaan Bait Allah, yang terletak di Halaman
Wanita. Halaman Bait Allah yang pertama adalah untuk orang-orang bukan Yahudi,
halaman kedua adalah halaman untuk wanita. Hal tersebut demikian oleh karena
orang-orang wanita tidak boleh melewati batasan itu kecuali jika mereka
benar-benar hendak mempersembahkan korban di atas mezbah yang terletak di dalam
halaman Iman-Iman. Disekeliling halaman Wanita itu ada serambi dan di dalamnya
terdapat tiga belas peti uang pada tembok dan di dalam peti-peti itu orang
memasukan persembahannya.
Peti-peti
tersebut disebut terompet karena bentuknya yang menyerupai terompet. Tiga belas
peti uang tersebut masing-masing dimaksudkan persembahan-persembahan tertentu.
Pada dua peti pertama harus dimasukkan setengah syikal yang diwajibkan bagi
orang Yahudi untuk membayarnya guna pemeliharaan Bait Allah. Pada peti ketiga
dan keempat dimasukkan sejumlah uang senilai harga dua ekor merpati yang wajib
bagi wanita guna penyucian setelah
melahirkan anak (Imamat 12:8). Pada peti kelima dimasukan persembahan yang
digunakan untuk biaya kayu bakar yang dibutuhkan agar api mezbah terus menerus
menyala. Pada peti keenam dimasukkan persembahan yang dibutuhkan untuk biaya
kemenyan yang dipakai dalam kebaktian-kebaktian di dalam Bait Allah. Pada peti
ketujuh dimasukkan persembahan guna memelihara bejana-bejana emas yang dipakai
dalam kebaktian-kebaktian. Terkadang seseorang atau satu keluarga menyisihkan
jumlah uang tertentu guna persembahan dosa atau persembahan pengucapan syukur.
Pada enam peti sisanya adalah suatu persembahan ekstra yang ingin diberikan
jemaat.
Jelaslah
bahwa tempat Pembendaharaan itu merupakan tempat yang cukup ramai dikunjungi
orang. Tempat tersebut juga merupakan tempat sebaik-baiknya untuk mengumpulkan
orang-orang untuk diberi pelajaran. Di dalam bagian tersebut Yesus memberikan
suatu pernyataan yang penting “Akulah terang dunia”. Ada kemungkinan
besar bahwa latarbelakang suasana di atas membuat pernyataan Yesus dua kali
lebih hidup dan mengesankan. Perayaan yang dihubungkan oleh Yohanes dengan
percakapan ini adalah hari raya Pondok Daun (Yoh 7:2). Telah dijelaskan pula
pada (Yoh 7:37) bagaimana upacara-upacara ini telah menimbulkan kejadian dimana
Yesus menyatakan pemberian air yang hidup kepada manusia. Akan tetapi ada
ucapan lainyang berhubungan dengan hari raya itu.[8]
Pada
malam hari pertama dilakukan upacara yang disebut Penerangan Bait. Upacara ini
dilakukan di Halaman Wanita. Halaman ini dikelilingi oleh serambi yang lebar
untuk dapat menampung para penonton. Pada tengah-tengah halaman itu telah
ditempatkan empat kendi (yaitu tempat lilin yang bercabang-cabang) yang besar.
Pada waktu hari menjadi petang, maka keempat kendi besar dipasang dan dikatakan
orang kalau kandi-kandi itu memancarkan nyala terang yang begitu besar
keseluruh kota Yerusalem sehingga tiap malam halaman dalam rumah terjadi terang
benderang. Dan sepanjang malam itu, sampai ayam jantan berkokok pada pagi hari
berikutnya, orang-orang yang termulia dan yang paling bijak dan paling suci di
Israel menari-nari dihadapan Tuhan, sambil nyanyi Mazmur sukacita dan
puji-pujian sambil ditonton oleh orang banyak. Yesus berkata: “Kamu telah
melihat nyala api dan penerang Bait menembuh kegelepan. Aku adalah Terang
Dunia, karena orang yang mengikuti Aku mempunyai terang, tidak hanya satu
malam yang menggetarkan hati, melainkan untuk sepanjang perjalanan hidup
seluruhnya. Terang dari Bait itu adalah cemerlang, akan tetapi pada akhirnya
akan berkedip-kedip dan padam. Akulah Terang yang menyala untuk selamanya.”
Yesus
telah berkata: “Barangsiapa yang mengikuti Aku, dia tidak berjalan di dalam
gelap, melainkan akan mendapat terang kehidupan.” Terang kehidupan berarti
dua hal.dalam bahasa Yunani dapat berarti terang yang terpancar dari sumber
kehidupan atau terang yang memberi kehidupan. Dalam bagian ini dapat berarti
kedua-duanya. Yesus adalah terang Allah yang telah datang diantara manusia dan
Dia juga terang yang member kehidupan kepada manusia. Sama seperti bunga tidak
mungkin bisa bersemi jika tidak pernah melihat sinar matahari, demikian juga
hidup kita tidak bisa bersemi dengan keagungan dan keindahan yang seharusnya
dipunyai, kecuali jika hidup itu disinari oleh terang kehadiran Yesus.
Dalam
bagian ini Yesus berkata tentang hal mengikuti Dia sendiri. Mengikuti dalam
bahasa Yunani ialah akolouthein mempunyai lima arti yang berbeda akan tertapi
berhubungan erat satu sama lain:[9]
(1)
Kata itu seringkali digunakan untuk seorang serdadu yang mengikuti kaptennya. Serdadu
itu ikut kemana saja kaptennya memimpin dia. Dalam hal ini dapat dianologikan
bahwa orang Kristen merupakan serdadu dan Kristus adalah komandannya. (2) kata
itu juga digunakan untuk seorang budak yang menyertai tuannya. Secara harfiah
dia benar-benar selalu siap mendampingi dan melayani tuannya. Orang Kristen
adalah seorang budak yang kesukaannya ialah melayani Kristus. (3) kata itu
digunakan untuk menerima baik pandangan yang bijaksana dari seorang penasehat.
Orang Kristen adalah orang yang memakai nasehat Kristus sebagai pedoman hidup
dan kelakuan. (4) seringkali berarti menuruti undang-undang kota atau negara.
Kalau seorang menjadi anggota yang berguna dari masyarakat atau persekutuan,
dia harus setuju untuk mematuhi hukum-hukumnya. Orang Kristen yang menjadi
warganegara kerajaan surge menerima baik undang-undang dari kerajaan dan dari
Kristus sebagai hukum yang memerintah hidupnya. (5) berarti juga mengikuti
garis argumentasi dari si guru atau mengikuti intisari dari pembicaraan orang.
Orang Kristen adalah orang yang telah mengerti arti dari pengajaran Kristus.
Dia tidak mendengar tanpa pikir atau perhatian. Dia menampung pesan itu di
dalam akal-budinya dan mengerti, menerima kata-kata itu dalam ingatannya dan
mengingat-ngingatnya dan menyimpannya di dalam hati dan menurut.
Menjadi
pengikut Kristus berarti memberi seluruh dirinya, badan, jiwa dan nyawa dalam
penurutan kepada Tuannya dan untuk memasuki penurutan itu berarti berjalan di
dalam terang . Dalam menuju itu membutuhkan hikmat surgawi untuk perjalanan di
dunia. Orang yang mempunyai pertunjuk yang aman dan peta yang tepat adalah
orang yang pasti sampai dengan selamat pada akhir perjalannya. Yesus Kristus
adalah petunjuk itu dan dia sajalah yang mempunyai peta kehidupan. Mengikuti
Dia berarti berjalan dengan selamat sepanjang hidup dan sesudah itu masuk ke
dalam kemuliaan.
Pada
waktu Yesus menyatakan diri sebagai Terang Dunia, para ahli Taurat dan
orang-orang Farisi member reaksi permusuhan. Perkataan “terang” khususnya dalam
pemikiran dan bahasa orang Yahudi dihubungkan dengan Tuhan. “Tuhan adalah
terang” (Mzm 27:1), “Tuhan akan menjadi penerang abadi bagimu” (Yes
60:19). “Dan dibawah terangNya aku berjalan di dalam gelap” (Ayb 29:3).
“Sekalipun aku duduk di dalam gelap, Tuhan akan menjadi terangku” (Mi
7:8). Para Rabi menyatakan bahwa nama dari Messias ialah terang. Jika Yesus
menyatakan diri sebagai Terang Dunia maka Dia menuntut sesuatu yang paling
tinggi.
Argumentasi
yang diberikan di dalam bagian ini adalah sulit dan rumit, akan tetapi hal itu
meliputi tiga unsur:[10]
(1)Orang-orang
Yahudi menuntut bahwa sesuatu pernyataan yang telah dibuat Yesus tidak dapat
dipandang tepat oleh karena tidak didukung oleh bukti-bukti yang cukup. Hal ini
seperti yang dilihat oleh mereka, hanya didukung oleh kata-kataNya sendiri
saja, dan menurut hukum orang Yahudi suatu pernyataan harus didasarkan atas
bukti dari dua saksi, sebelum hal itu dipandang benar. “Satu orang saksi saja tidak dapat
menggugat seseorang mengenai perkara kesalahan apapun atau dosa apapun yang
mungkin dilakukannya; baru atas keterangan dua atau tiga orang saksi perkara
itu tidak disangsikan” (Ul19:15). “Berdasarkan keterangan dari dua atau
tiga orang saksi haruslah mati dibunuh orang yang dihukummati, atas keterangan
satu orang saksi saja janganlah ia dihukum mati” (Ul 17:6). “… tetapi
kalau hanya satu orang saksi saja tidak cukup untuk member ketetapan hukuman
mati” (Bil 35:30). Jawaban Yesus ada dua ganda.
Pertama,
ia menjawab bahwa jawaban Dia sendiri adalah cukup. Dia menyadari benar kuasaNya
sendiri, sehingga tidak perlu ada saksi lain. Ini bukanlah kebanggaan yang
timbul dari kepercayaan atas diri sendiri. Yesus begitu menyadari hubunganNya
yang dekat dengan Allah sehingga Dia tidak membutuhkan suatu kuasa lain untuk
mendukung tuntutanNya kecuali hubunganNya dengan Allah. Kedua, Yesus berkata
dalam kenyataan sesungguhnya bahwa Dia telah mempunyai saksi kedua dan saksi
kedua itu adalah Allah. Bagaimana Allah member Allah member kesaksian atas
kuasa yang tertinggi dari Yesus? (a) kesaksian Allah ada dalam kata-kata Yesus.
Tidak ada seorangpun dapat berkata-kata dengan hikmat itu kecuali Allah
memberikannya pengetahuan, (b) kesaksian Allah adalah perbuatan-perbuatan
Yesus. Tidak ada seorangpun dapat dapat berbuat perkara-perkara yang demikian
itu kecuali Allah yang bertindak melalui Dia, (c) kesaksian Allah ada di dalam
akibat tindakan Yesus pada manusia. Kenyataan bahwa Yesus dapat mengubah orang
yang jahat menjadi baik adalah bukti dari kuasaNya yang bukan hanya kuasa
manusia, melainkan dari Allah. (d) kesaksian Allah Nampak dalam reaksi orang
terhadap Yesus. Dimana saja dan kapan saja Yesus telah dinyatakan sepenuhnya,
dimana saja dan kapan saja Salib telah diberitakan segala kebesaran dan
kemuliaannya maka langsung timbul respons yang meluap dalam hati orang. Respon
itu adalah Roh Kudus Allah yang bekerja dan memberi kesaksian dalam hati
orang-orang. Tuhan yang ada di dalam hati kita memungkinkan kita untuk melihat
Allah di dalam Yesus.
(2)
Kedua, Yesus membicarakan tentang hakNya untuk menghakimi. KedatanganNya ke
dalam dunia ini bukanlah pertama-tama untuk menghakimi melainkan untuk
mengasihi. Pada waktu bersamaan reaksi orang terhadap Yesus pada diriNya
merupakan suatu penghakiman, jika ia tidak melihat ada keindahan di dalam Yesus
maka ia menghukum diri sendiri. Di sini Yesus menarik garis kontras antar dua
macam penghakiman.
(a)
Ada penghakiman yang didasarkan atas pengetahuan manusia dan standar manusia
dan tidak pernah melihat apa yang berada di bawah permukaan. Itulah penghakiman
dari ahli Taurat dan orang Farisi. (b) Ada suatu penghakiman yng didasarkan
atas pengetahuan mengenai segala fakta, bahkan fakta yang tersembunyi dan
pengetahuan semacam itu hanya ada pada Tuhan Yesus yang menyatakan bahwa,
setiap penghakiman yang Dia ucapkan bukanlah dari manusia melainkan dari Allah
oleh karena Dia adalah satu dengan Allah.
(3)
Akhirnya, Yesus mengatakan secara terus terang bahwa para ahli Taurat dan
orang-orang Farisi tidak mempunyai pengetahuan yang sejati tentang Allah.
Kenyataannya bahwa mereka tidak mau mengakui Dia,siapa dan apa Dia, membuktikan
hal itu. Yang menjadi kejadian menyedihkan ialah bahwa seluruh sejarah Israel
telah diatur sedemikian rupa sehingga orang-orang Yahudi seharusnya dapat
mengenali Anak Allah pada waktu Dia datang, akan tetapi mereka sudah terlibat
dalam ide-ide mereka sendiri, begitu sungguh-sungguh pada jalan mereka, begitu
yakin mengenai pengertian-pengertian mereka sendiri tentang agama. Sehingga
menjadi buta terhadap Allah.
Demikian
penafsiran Yohanes 8, 12-20 yang penulis kutip dari prespektif Riayad dan
Barclay. Namun demikian dari dua penafsiran tersebut, pada akhirnya menaris
penulis untuk melakukan analisis terhadap dua penafsiran di atas. Pada dasarnya
memberikan penjelesan yang komprehensi akan tetapi dari keduanya memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Menurut hemat penulis kelebihan
dari penafsiran Riyadi terletak pada kongklusi
dari ayat tersebut yang to the poin yang menggambarkan bahwa Yesus
adalah anak Allah yang merupakan utusan tuhan untuk memberikan petunjuk manusia
di dunia, yang oleh kaum Farisi ditolaknya tetapi karena belum saatnya mereka
tidak menangkap Yesus, ini semua terjadi di dekat Perbendaharaan di dalam Bait
Allah. Namun kekurangannya penafsiran tersebut tidak memberikan gambaran
terkait latarbelakang atau kronologi munculnya ayat-ayat tersebut yang
menyebabkan Yesus menyatakan bahwa Dialah Terang Dunia. Menurut penulis
latarbelakang yang tidak dijelaskan akan menimbulkan pemaham yang beranekaragam
kembali dan mungkin akan menimbulkan penyalahartian makna.
Sementara
penafsiran oleh Barclay, kelebihannya terletak pada penjabaran kronogi secara
runtut atas kemunculan ayat-ayat tersebut, salah satunya mengenai kondisi
Perbendaharaan yang memang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang untuk
menjalankan peribadatan sehingga pembaca bisa lebih memahaminya secara detail
namun kekurangan dari penafsiran tersebut terletak pada penggunaan kalimat yang
cukup panjang misalnya dalam menunjukan makna mengikuti dari kalimat “ Barangsiapa yang mengikuti Aku,,,,”
ini memiliki banyak arti yang pada intinya arti-arti tersebut memiliki kesamaan
makna. Meskipun demikan penafsiran-penafsiran tersebut pada umumnya memberikan
gambaran tentang identitas Yesus sebagai sang petunjuk bagi kehidupan manusia
di dunia atas kehendak Bapa. Sebagai orang awam diantara kedua penafsiran di
atas menurut hemat penulis, penafsiran yang lebih mudah dipahami yaitu
penafsiran menurut Barclay. Hanya saja ada beberapa kegelisahan yang belum
penulis temukan secara spesifik terkait penafsiran Yohanes. Kegelisan tersebut
akan penulis sampaikan pada poin penutup.
Penutup
Pada
dasarnya penafsiran di atas dapat penulis simpulkan bahwasanya ayat-ayat Yohanes
8,12-20 menggambarkan tentang identitas Yesus yang merupakan utusan dari Bapa,
disini Yesus berperan sebagai perwakilan Tuhan sebagai penerang jalan hidup
manusia. Namun sebagai manusia awam yang ingin selalu menambah keilmuan ada
beberapa hal yang ingin penulis ketahui lebih dalam lagi terkait ketidakpahaman
penulis, pertama mengenai keragaman penafsiran Yohanes akibat kata perumpamaan
yang sering muncul, apakah ada penafsiran yang radikal sehingga sering disalah
gunakan? Selain itu dalam kehidupan sekarang yang dimaksud dengan Akulah terang
dunia tersebut pada intinya ditunjukan untuk memberikan petunjuk atau menambah
keimanan umat kristiani saja atau ayat tersebut digunakan sebagai alat
legitimasi untuk menarik umat diluar kristiani
untuk mengikuti umat kristiani, adakah hal seperti itu?. Sejauh ini penulis
belum mendapatkan jawaban yang secara sepesifik. Tanpa mengurangi rasa hormat
penulis ucapkan Alhamdulillah. Dan demikian penulisan yang dapat penulis
jabarkan.
Daftar pustaka
Brill, J. Wesley. Tafsiran Injil Yohanes.
Bandung: Kalam Hidup.
Barclay,
William. Transleter Widyapranawa. Injil Yohanes Fasal 8-12. Jakarta: BPK
Gunung Mulia. 1985.
Lembaga
Alkitab Indonesia. Perjanjian Baru: Yunani–Indonesia. Jakarta:
Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia. 2002.
Keene,
Michael. Diterjemahkan oleh Y. Dwi Kopratno. Alkitab: Sejarah, Proses
Terbentuknya, dan Pengaruhnya. Yogyakarta: Kanisius. 2010.
Riyadi Pr, St. Eko. Yohanes (Firmah Menjadi Manusia).
Yogyakarta: Kanisius. 2015
[1] J. Wesley Brill, Tafsiran
Injil Yohanes (Bandung: Kalam Hidup)hlm. 16.
[2] Michael Keene
diterjemahkan oleh Y. Dwi Kopratno, Alkitab: Sejarah, Proses Terbentuknya,
dan Pengaruhnya (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 110-111.
[3] St. Eko Riyadi, Pr, Yohanes
(Firmah Menjadi Manusia) (Yogyakarta: Kanisius, 2015), hlm. 31-32.
[4] St. Eko Riyadi, Pr, Yohanes
(Firmah Menjadi Manusia), hlm 31-37.
[5] St. Eko Riyadi, Pr, Yohanes
(Firmah Menjadi Manusia), hlm 39-46.
[6]Lembaga Alkitab
Indonesia, Perjanjian Baru: Yunani–Indonesia (Jakarta: Percetakan
Lembaga Alkitab Indonesia, 2002),hlm. 696-698.
[7] St. Eko Riyadi, Pr, Yohanes
(Firmah Menjadi Manusia) (Yogyakarta: Kanisius, 2015), hlm.203-206.
[8] William Barclay transleter Widyapranawa, Injil
Yohanes Fasal 8-12 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985)hlm. 15-17.
[9] William Barclay
transleter Widyapranawa, Injil Yohanes Fasal 8-12, hlm. 18-19.
[10] William Barclay
transleter Widyapranawa, Injil Yohanes Fasal 8-12, hlm.21-24.
0 komentar:
Posting Komentar